A. Pengertian Psikodrama
1.
Secara
Etimologi
Drama berasal dari bahasa Yunani yang
berarti “aksi” atau melakukan sesuatu. Dan psiko berarti jiwa jadi psikodrama
berarti melakukan aksi (pertunjukan drama) dengan dorongan jiwa. Maka bisa
didefinisikan bahwa psikodrama adalah ilmu yang mengeksplor suatu masalah
dengan metode drama.
2.
Menurut
Para Ahli
1)
J.L Moreno
Psikodrama adalah sebuah bentuk pengembangan manusia dengan eksplorasi,
melalui tindakan dramatis, masalah, isu, keprihatinan, mimpi dan cita-cita
tertinggi orang, kelompok, sistem dan orgaParkhansi. Hal ini kebanyakan
digunakan sebagai metode kerja kelompok, di mana setiap orang dalam kelompok
dapat menjadi agen penyembuhan (terapeutic agent) untuk satu sama lain
dalam kelompok.
2)
Gerald Corey
Psikodrama
merupakan permainan peranan yang dimaksudkan agar individu yang bersangkutan
dapat memperoleh pengertian lebih baik tentang dirinya, dapat menemukan konsep
pada dirinya, menyatakan kebutuhannya-kebutuhannya, dan menyatakan reaksinya
terhadap tekanan-tekanan terhadap dirinya.
3)
WS. Winkel
Psikodrama merupakan dramatisasi
dari persoalan-persoalan yang berkaitan dengan gangguan serius dalam kesehatan
mental para partisipan, sehingga tujuannya ialah perombakan dalam struktur
kepribadian seseorang. Psikodrama bersifat kegiatan terapi dan ditangani oleh
seorang ahli psikoterapi.
3.
Definisi
Psikodrama
Psikodrama adalah metode pembelajaran dengan bermain peran yang bertitik
tolak dari permasalahan – permasalahan psikologis. Psikodrama bisanya digunakan
untuk terapi, yaitu agar siswa memperoleh pemahaman yang lebih baik
tentang dirinya, menemukan konsep diri, menyatakan reaksi terhadap
tekanan–tekanan yang dialaminya Psikodrama adalah upaya pemecahan masalah
melalui drama.
Jadi definisi psikodrama adalah tehnik bermain peran guna upaya pemecahan
masalah psikis yang dialami oleh individu dan dituangkan dalam bentuk permainan
peran dengan menggunakan metode drama.
Dengan berakting dalam sebuah drama diharapkan hal ini akan dapat
menyadarkan seseorang (insight) dan juga menggali (to explore)
permasalahan yang sedang dihadapinya. Berbagai isu (issue) atau masalah
dan kemungkinan pemecahannya dimainkan terasa lebih baik daripada sekedar
berbicara. Psikodrama menawarkan kesempatan untuk melatih dengan aman peranan
baru, melihat diri sendiri dari sisi luar, menumbuhkan insight dan
perubahan. Ada seorang pemimpin (director), sebuah action area dan
para anggota kelompok. Director mendukung kelompok untuk menggali (explore)
solusi baru dari masalah – masalah terdahulu, anggota kelompok berpartisipasi
dalam drama sebagai orang lain yang berarti dan saling berbagi cara
mereka bagaimana berhubungan secara pribadi dan bisa belajar dari masalah yang
diajukan pada akhir sesi.
B. Tujuan Psikodrama
Tujuan dari psikodrama ini adalah :
1.
Membantu konseli atau sekelompok konseli untuk
mengatasi masalah masalah pribadi dengan cara menggunakan permainan peran,
drama, atau terapi tindakan. Lewat cara cara itu konseli di bantu untuk mengungkapkan perasaan tentang konflik, kemarahan, agresi,
perasaan bersalah dan kesedihan.
2.
Dimaksudkan
agar individu yang bersangkutan dapat memperoleh pengertian lebih baik tentang
dirinya, dapat menemukan konsep pada dirinya, menyatakan
kebutuhannya-kebutuhannya, dan menyatakan reaksinya terhadap tekanan-tekanan
terhadap dirinya.
3.
Teknik
dramatik, manusia dapat berusaha menciptakan atau menciptakan kembali suasana
fisik dan emosional yang dikehendaki dan yang harus dipahami adalah bahwa
keaktifan dalam psikodrama tidak dimonopoli oleh konselor atau terapis tetapi
juga anak. Untuk memperoleh pengertian yang baik tentang dirinya sehingga dapat
menemukan konsep dirinya, kebutuhan-kebutuhannya dan reaksi-reaksi terhadap
tekanan yang dialaminya
4.
Dengan
mendramatisasikan konflik-konflik batinnya, pasien dapat merasa sedikit lega
dan dapat mengembangkan pemahaman (insight) baru yang memberinya
kesanggupan untuk mengubah perannya dalam kehidupan yang nyata.
C. Manfaat Psikodrama
Beberapa
manfaat yang dapat diperoleh dari teknik psikodrama diantaranya:
1.
Manfaat katarsis atau melepaskan emosi.
2.
Bisa melihat
sesuatu dari sudut pandang orang lain.
3.
Dapat
mempertinggi perhatian konseli melalui
adegan-adegan, hal mana tidak selalu terjadi dalam metode ceramah atau diskusi.
4.
Konseli tidak saja
mengerti persoalan sosial psikologis, tetapi mereka juga ikut merasakan perasaan
dan pikiran orang lain bila berhubungan dengan sesama manusia, seperti halnya
penonton film atau sandiwara, yang ikut hanyut dalam suasana film seperti, ikut
menangis pada adegan sedih, rasa marah, emosi, gembira dan lain sebagainya.
5.
Konseli dapat
menempatkan diri pada tempat orang lain dan memperdalam pengertian mereka
tentang orang lain.
D. Komponen-Komponen Psikodrama
Komponen yang ada dalam teknik
psikodrama diantaranya:
1.
Panggung
permainan (Stage):
a.
Tempat untuk
beraksi atau tempat sebagai permainan psikodrama berlangsung.
b.
Untuk
panggung permainan hendaknya cukup luas untuk member ruang gerak bagi pemeran
dalam permainan psikodrama.
c.
Tempat
tiruan harus merupakan tiruan atau paling tidak secara simbolis mewakili
adegan-adegan yang diuraikan klien. (Jika tidak ada panggung untuk permainan).
2.
Pemimpin
Psikodrama:
a.
Dalam
psikodrama yang menjadi pemimpin kelompok adalah konselor atau terapis,
pemimpin kelompok bisa dikatakan sebagai sutradara.
b.
Peranan
pemimpin kelompok ini sebagai fasilitas, procedure dan pengamat/penganalisis.
c.
Pemimpin
kelompok memiliki sifat kreatif, berani dan memiliki kharisma.
d.
Tugas dari
pemimpin kelompok ini adalah membantu pemegang peran utama, merencanakan
pelaksanaan, mengamati dengan cermat perilaku pemain utama selama psikodrama berlangsung,
membantu klien mengungkapkan perasaan secara bebas dan membuat interpretasi.
3.
Pemeran
Utama (Protagonist):
a.
Peran utama
(protagonist) disini sebagai subjek utama dalam pemeran psikodrama.
b.
Peran utama
ini memiliki sifat yang spontan dalam memainkan dramanya.
c.
Tugas dari
pemain utama ini adalah memainkan kembali kegiatan penting yang dialami waktu
lampau, sekarang, dan situasi yang diperkirakan akan terjadi, menentukan
kejadian atau masalah yang akan dimainkan, melakukan peran secara spontan,
memilih dan mengejar pemain lain yan terpilih terhadap peran apa yang dimainkan
berdasarkan masalah protagonist.
4.
Pemeran
Pembantu (Auxilari egos)
a.
Pemeran
pembantu sebagai objek lain atau orang lain yang berarti dalam permainan
tersebut bisa pula disebut sebagai actor.
b.
Fungsi
pemeran pembantu untuk menggambarkan peranan-peranan tertentu yang mempunyai
hubungan dekat dengan protagonist dalam kehidupan sebenarnya.
5.
Penonton
(Audience):
a.
Yang menjadi
penonton (audience) yaitu anggota-anggota kelompok yang tidak menjadi pemeran
utama atau pemeran pembantu.
b.
Memiliki
tugas memberikan dukungan/feedback dan memberikan bahkan kepada
protagonist.
c.
Penonton
juga membantu peran utama (protagonist) dalam memahami akibat perilaku
protagonist.
E. Teknik-Teknik Psikodrama
Sebenarnya banyak teknik psikodrama, tetapi berikut ini hanya beberapa
teknik utama yang dikemukakan sebagai berikut:
1.
Creative
imagery, teknik pemanasan untuk mengundang peserta psikodrama membayangkan
babak dan objek yang menyenangkan dan netral, ide teknik ini membantu peserta
menjadi lebih spontan.
2.
The magic
shop, teknik pemanasan yang berguna bagi protagonist yang ragu tentang nilai
mereka dan tujuan.
3.
Sculpting,
konseli kelompok menggunakan metode nonverbal untuk menyusun orang lain dalam
kelompok konfigurasi seperti kelompok orang yang signifikan yang sesuai dengan
orang-orang dalam keluarganya dan sebagainya. Penyusunan ini melibatkan postur
tubuh dan membantu konseli melihat, mengetahui persepsi mereka tentang orang
lain yang signifikan dengan cara yang lebih dinamis.
4.
Teknik
berbicara, teknik ini melibatkan protagonist memberi suatu monolog tentang
situasinya.
5.
Monodrama
(autodrama), bentuk inti terapi gestalt. Dalam teknik ini, protagonist
memainkan semua bagian tindakan yang jelas; tidak terdapat ego pembantu yang
digunakan.
6.
The double
and multiple double techniques, suatu teknik yang terdiri atas pengambilan
peran aktor dari ego protagonist dan membantu protagonist mengekspresikan
perasaan sesungguhnya secara lebih jelas. Jika protagonist memiliki perasaan
ragu, maka teknik multiple double dapat digunakan.
7.
Role
reversals, teknik dimana protagonist memindahkan peran dengan orang lain pada
tahap dan memainkan bagian orang itu; konseli kelompok berbuat bertentangan
dengan apa yang mereka rasakan.
8.
Teknik
cermin, protagonist memperhatikan dari luar tahap sementara seorang ego
pembantu mencerminkan kata-kata, mimik, dan postur protagonist. Teknik ini
dipakai pada fase tindakan untuk membantu protagonist melihat dirinya secara
lebih akurat.
F. Peran Konselor dalam Psikodrama
Konselor dalam psikodarama berperan sebagai sutradara yang memiliki banyak
peran. Sutradara berperan sebagai produser, fasilitator, pengamat, dan seorang
analis. Seorang sutradara seyogianya membangun keterampilannya dalam tiga
bidang yang saling tergantung, yaitu:
1.
Pengetahuan
tentang metode-metode, prinsip-prinsip, dan teknik-teknik.
2.
Pemahaman
tentang teori kepribadian dan hubungannya dengan pengembangan pembentukan
filosofi hidup.
3.
Pematangan
dan perkembangan kepribadiannya sendiri. Ia juga menambahkan bahwa ilmu
pengetahuan yang luas tentang hidup dan hakikat manusia, seorang sutradara
diharapkan memiliki kerja khusus dalam bidang pokok seperti psikologi umum,
proses kelompok, psikologi humanistik, teori komunikasi, dan komunikasi
nonverbal.
4.
Sutradara berfungsi
untuk menyelenggarakan tugas-tugas seperti memimpin pengalaman pemanasan,
mendorong pengembangan kepercayaan dan spontaRudis, menetapkan struktur, agar
protagonist dapat mengidentifikasi dan bekerja berdasarkan pokok-pokok pikiran
yang signifikan dalam hidup mereka, melindungi konseli dari terbius oleh orang
lain dan membawakan beberapa bentuk penghentian sesi kelompok. Untuk
menyelenggarakan tugas tersebut dengan benar, sutradara yang potensial
seyogianya sudah mengalami banyak psikodrama dan mendapatkan supervisi langsung
dari sutradara yang lebih berpengalaman. Secara menyeluruh, sutradara kelompok
yang efektif memiliki tiga kualitas, yaitu:
kreativitas,
dorongan, dan kharisma. Individu seperti ini akan bekerja keras untuk kebaikan
kelompok dan senantiasa berani mengambil resiko untuk membantu konseli mencapai
tujuan.
G. Langkah-Langkah Psikodrama
Langkah-langkah pelaksanaan psikodrama diantaranya:
1. Tahap persiapan (The warm-up).
Tahap persiapan dilakukan untuk memotivasi
anggota kelompok agar mereka siap berpartisipasi secara aktif dalam permainan,
menentukan tujuan permainan, menciptakan perasaan aman dan saling percaya pada
kelompok.
a.
Pemimpin
kelompok memberikan uraian singkat mengenai hakikat dan tujuan psikodrama.
b.
Mewawancarai
anggota kelompok tentang kejadian-kejadian pada saat ini atau lampau.
c.
Meminta
anggota kelompok untuk membentuk kelompok-kelompok kecil dan mendiskusikan
kelompok-kelompok yang pernah mereka alami, yang ingin mereka kemukakan dalam
psikodrama.
2. Tahap pelaksanaan (The action).
Tahap pelaksanaan tediri dari kegiatan dimana
pemain utama dan pemain pembantu memperagakan permainannya. Dengan bantuan
pemimpin kelompok dan anggota kelompok lain pemeran utama memperagakan
masalahnya.
a.
Protagonist
dan peran pembantu memainkan peranannya dalam psikodrama.
b.
Lama
pelaksanaan tergantung pada penilaian pemimpin kelompok terhadap tingkat keterlibatan emosional protagonist dan pemain lainnya.
3. Tahap diskusi atau tahap berbagi pendapat dan perasaan (The sharing).
Dalam tahap diskusi atau tahap bertukar pendapat
dan kesan, para anggota kelompok diminta untuk memberikan tanggpan dan
sumbangan pikiran terhadap permainan yang dilakukan oleh pemeran utama. Tahap
diskusi ini penting karena merupakan rangkaian proses perubahan perilaku pemeran
utama kearah keseimbangan pribadi.
a.
Pemimpin
kelompok meminta para anggota kelompok untuk memberikan tanggapan dan
brainstorm terhadap permainan pemeran protagonis.
b.
Pemimpin
kelompok memimpin diskusi dan mendorong sebanyak mungkin anggota kelompok
memberikan balikannya.
c.
Pemimpin
kelompok menetralisir balikan yang bersifat menyerang atau menjatuhkan
protagonis.
H. Skenario Psikodrama
Untuk
simulasi dibutuhkan skenario dalam psikodrama yang disesuaikan dengan tujuan.
Skenario itu dibuat oleh konselor, maka konselor pun berperan sebagai sutradara
dalam psikodrama tersebut. Berikut ini adalah psikodrama “Berani tampil di
depan publik’:
Tahap
Warm-Up
(Berdasarkan
informasi dari wali kelas dan guru mata pelajaran, didapat beberapa siswa yang
mengalami kesulitan/gugup ketika berbicara di depan umum, Naya menunjukan gugup
dengan mata yang berkaca-kaca ketika berbicara di depan orang banyak, Rudi
menunjukan gugup dengan sering berkata “Ee”, Parkhan menunjukan gugup dengan
sering menggelinting-gelinting baju.
(Konselor
mengumpulkan siswa-siswa yang bersangkutan untuk
diberikan
bimbingan kelompok).
Konselor :”Assalamualaikum”
Siswa-siswa : “Waalaikumsalam”
Konselor : “Ibu ucapkan
terima kasih atas kehadiran anak-anak, pertemuan kita ini diberi nama bimbingan
kelompok. Bimbingan kelompok merupakan kegiatan yang diikuti oleh sejumlah
siswa untuk membahas permasalahan tertentu yang berguna bagi siswa-siswa yang
mengikuti kegiatan itu, kegiatan bimbingan kelompok ini dipimpin oleh ibu
sendiri selaku guru pembimbing.
Siswa-siswa : “Oh begitu ya
bu, (secara serempak)”
Konselor :
”Berdasarkan informasi dari guru dan wali kelas kalian, bahwa kalian sering
mengalami kegugupan ketika sedang berada di depan orang banyak misalnya ketika
kalian berbicara di depan kelas, ditanya oleh guru di hadapan teman-teman, atau
dimintai pendapat saat diskusi. Bagaimana kalau kita mencoba berlatih untuk
mengurangi bahkan kalau bisa menghilangkan rasa gugup tersebut. Sekarang ibu
akan mengajak kalian untuk bermain peran dimana hal ini dapat bermanfaat untuk
mereduksi (mengurangi) kegugupan yang ada pada diri kalian. Tema yang ibu
berikan adalah tentang lingkungan. Coba Naya berperan sebagai guru, Parkhan
sebagai siswa pertama, Rudi sebagai siswa kedua. Tapi ibu juga ingin kalian
semua dapat merasakan peran sebagai seorang guru.Disini ibu hanya mengamati dan
mungkin sedikit akan memberikan komentar ketika kalian bermain peran”. Ibu
berperan sebagai sutradara dan kalian membikin stage berbentuk U.
Tahap
Pelaksanaan
Siswa :
(siswa mulai berdiskusi dan memulai latihan bermain peran)
Naya :
(sebagai guru) “Assalamualaikum”
Siswa-siswa :
“waalaikumsalam”
Naya : “Anak-anak
kita harus menjaga lingkungan di sekitar kita agar tetap bersih dan terawat,
dan kita juga dilarang membuang sampah sembarangan agar tidak terjadi banjir,
apalagi dimusim hujan seperti sekarang ini. (Naya berbicara sambil gugup)
Siswa-siswa :
“Ya ibu......”
Naya :”Bagaimana
tanggapan yang lainnya, coba menurut kamu Parkhan?”
Parkhan : ”Ya bu,
sekarang kita memang harus menjaga lingkungan agar terbebas dari berbagai
penyakit”
Naya : ”Ya
bagus”.
Konselor :
”Naya sudah cukup bagus, silahkan kamu kembali ke tempat duduk (beri tepuk
tangan untuk kita semua), bagaimana Naya setelah tadi berperan sebagai guru?”
Naya :
”Duh..............deg-degan banget bu”
Konselor :
”Ya kan itu baru belajar, nanti juga sudah terbiasa, tapi tadi Naya sudah cukup
bagus”
Konselor : “Baik...,
sekarang coba Rudi bertukar peran dengan Naya! Naya menjadi siswa, sedangkan Rudi
sekarang mencoba berbicara di depan kelas sebagai Guru. Ayo Rudi ke depan!
Rudi : ”Eee...ssa...ya Bu?”
Konselor : ”Ya, kamu, ayo kamu pasti
bisa!”
Rudi :
(Dengan ragu, mulai beranjak dari kursi dan menuju ke depan kelas, wajahnya
terlihat cemas, tangannya mengepal)
Konselor : ”Ayo mulai!”
Rudi : ”Bicara apa ya Bu?”
Konselor :
“ Ya temanya sama seperti yang tadi tentang lingkungan hidup, bagaimana sudah
siap Rudi?”
Rudi : “Ya bu,
Assalamualaikum...”
Siswa-siswa :
“Waalaikumsalam”
Rudi : “Seperti yang kita ketahui Bandung dikenal
sebagai kota kembang yang sejuk dan asri, namun sekarang Bandung sudah menjadi
kota yang penuh dengan sampah. Oleh karena itu kita sebagai warga Bandung harus
bisa menjaga lingkungan di sekitar kita”
Konselor :”Sudah
cukup, ayo tepuk tangan buat Rudi”(Siswa-siswa bertepuk tangan)
Konselor :“ Setelah
tadi bertukar peran dengan Naya, bagaimana perasaanmu Rudi ?”
Rudi :
“Eee..awalnya saya kaget karena tiba-tiba disuruh ke depan, tapi setelah itu
saya sedikit berani berbicara di depan kelas meskipun belum lancar”
Konselor : “Ya, tidak
apa-apa, penampilan kamu sudah bagus. Memang perlu waktu dan latihan yang cukup
sering untuk bisa berbicara lancar di hadapan orang banyak. Ibu yakin kamu
pasti bisa!”
(Beberapa
hari berlalu dan tahap demi tahap telah dilalui dengan proses bimbingan
kelompok dan semua siswa juga telah merasakan peran sebagai guru
dan siswa).
Tahap Sharing
Konselor : ”Dari
pertemuan kita beberapa hari lalu, ibu mau bertanya apa yang kalian dapatkan
dari kegiatan bermain peran itu ?Coba menurut kamu Rudi ?”
Rudi : “Saya
sedikit ada peningkatan jadi lebih percaya diri kalau berbicara di depan orang
banyak”.
Konselor :
”Bagaimana kalian berdua?” (sambil menunjuk Parkhan dan Naya)
Parkhan
& Naya : ”Sama bu seperti Rudi dan
Erni.
Konselor : ”Tampaknya
kalian sudah bisa mengurangi sedikit demi sedikit kegugupan ketika berbicara di
depan orang banyak. Mudahmudahan kegiatan kita ini dapat bermanfaat bagi kita
semua”.
Siswa-siswa : ”Terima kasih Bu”
I. Kelebihan
dan Kekurangan Psikodrama
1.
Kelebihan
a. Mengembangkan kreativitas siswa (dengan peran yang dimainkan siswa dapat
berfantasi)
b. Memupuk kerjasama antara siswa.
c. Menumbuhkan bakat siswa dalam seni drama.
d. Siswa lebih memperhatikan pelajaran karena menghayati sendiri.
e. Memupuk keberanian berpendapat di depan kelas.
f. Melatih siswa untuk menganalisa masalah dan mengambil kesimpulan dalarn
waktu singkat.
2.
Kekurangan
a.
Adanya
kurang kesungguhan para pemain menyebabkan tujuan tak tercapai.
b.
Pendengar
(siswa yang tak berperan) sening mentertawakan tingkah laku pemain sehingga
merusak suasana.
sumbernya dari mana yaaa???
BalasHapusdapusnya ada mbak? boleh tau?
BalasHapusDaftar pustaka nya dong mba
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusboleh minta daftar pustakanya dan referensi dapatnya dmn?
BalasHapus